Sekolah-Sekolah Menegah Atas Favorit di Indonesia


Beberapa kalangan meyakini bahwa bicara tentang sekolah-sekolah favorit adalah bicara tentang relativitas. Sekolah tertentu yang difavoritkan oleh seseorang belum tentu serta merta menjadi sekolah favorit bagi yang lain. Itulah relativitas, sekaligus itulah subyektivitas. Jika, umpamanya, ada orang yang bertanya kepada saya, “SMA manakah yang favorit di kota BauBau, Sulawesi Tenggara?”, maka saya akan langsung menjawab, “SMA Negeri 2 BauBau is my favorite”. Dan ini sah-sah saja, khususnya bagi saya yang memang alumni SMA tersebut. (Pastikan juga membaca artikel ini: Profesor Eko Budihardjo: Label Sekolah Favorit Perlu Dihilangkan)

Umumnya setiap daerah sama-sama memiliki sekolah favorit. Yang berbeda adalah, tingkat popularitasnya. Ada yang memiliki tingkat popularitas lokal, tetapi ada pula yang menyandang tingkat popularitas nasional, bahkan internasional. Sekolah-sekolah Lanjutan Atas Favorit di Indonesia yang akan diinformasikan dalam tulisan ini adalah sekolah-sekolah favorit dengan tingkat popularitas nasional, atau bahkan internasional. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. MAN Insan Cendekia Serpong (MAN ICS)

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) yang berlokasi di Serpong, Tangerang Selatan, Banten ini pertama kali didirikan oleh Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie melalui BPPT pada tanggal 21 September 1996. Kala itu, sekolah tersebut belum bernama MAN Insan Cendekia Serpong, melainkan masih berupa entitas Magnet School yang kemudian berganti nama menjadi SMU Insan Cendekia dan pada akhirnya resmi ditetapkan menjadi MAN Insan Cendekia Serpong (ICS) seperti sekarang ini.

MAN ICS termasuk kategori Boarding School, mengusung prinsip pokok keseimbangan antara penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan iman dan taqwa. Prestasi demi prestasi, akademik maupun nonakademik, sudah dan terus ditorehkan oleh sekolah ini, baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun internasional. Kesan umum selama ini madrasah sebagai sekolah agama yang sulit menyaingi prestasi akademik sekolah umum, benar-benar terpatahkan oleh MAN Insan Cendekia Serpong.

Untuk bisa masuk menjadi peserta didik MAN Insan Cendekia Serpong harus bisa bersaing ketat dengan ribuan peserta test yang nota bene adalah putra-putri terbaik di setiap sekolah asal masing-masing peserta. Pada periode penerimaan peseta didik baru Tahun Ajaran 2015/2016 lalu, dari 8 (delapan) ribuan peserta test, yang diterima tidak lebih dari 150 orang sesuai kuota yang telah ditetapkan.

Ada celoteh yang sudah cukup populer di masyarakat, bahwa jika putra-putri kita ingin berotak Jerman dan berhati Mekah atau Madinah, MAN Insan Cendekia Serpong adalah salah satu pilihan untuk itu. Terdengar seperti lebay memang, tapi apa hendak dikata jika faktanya memang begitu. (Ada baiknya juga membaca artikel yang satu ini: Ada Insan Cendekia, Ada Pula Insan Cendekia Madani)

2. SMA Taruna Nusantara

Seperti halnya MAN Insan Cendekia Serpong, SMA Taruna Nusantara juga adalah sebuah Boarding School. Sekolah yang populer juga dengan nama Tarnus atau TN ini terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Sekolah ini sangat menekankan implementasi nilai-nilai kejuangan, kebangsaan dan kebudayaan dan memadukan secara integral ranah akademik, kesamaptaan jasmani dan kemandirian.

Gagasan awal pendirian SMA Taruna Nusantara dicetuskan oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan di Era Orde Baru, yakni Jenderal LB Moerdani pada tanggal 20 Mei 1985 di Pendopo Agung Taman Siswa Yogyakarta. LB Moerdani kala itu mempunyai visi membangun sekolah untuk mendidik manusia-manusia terbaik dari seluruh wilayah Indonesia dan menghasilkan lulusan yang dapat melanjutkan cita-cita para Proklamator. Visi tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan penandatanganan nota kesepakatan antara TNI dan organisasi kependidikan pertama di Indonesia, Taman Siswa, di Yogyakarta. MoU (Memorandum of Understanding) tersebut melahirkan sebuah institusi bernama Lembaga Perguruan Taman Taruna Nusantara (LPTTN) yang tidak lain adalah merupakan kristalisasi dari visi Jenderal Moerdani. Lembaga inilah yang kemudian melahirkan SMA Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah, yang peresmiannya pertama kali dilakukan pada tanggal 14 Juli 1990 oleh Pangab saat itu, Jenderal Try Sutrisno.

Sama seperti sekolah-sekolah favorit lainnya, seleksi masuk di SMA Taruna Nusantara ini sangat ketat. Namun demikian, bagi siswa siswi yang berprestasi dan selalu memiliki semangat belajar yang tinggi serta komitmen kuat untuk menjadi yang terbaik (dalam pandangan manusia dan terutama dalam pandangan Allah) tidak akan mengalami hambatan yang berarti untuk menggapai cita-cita yang diharapkan.

3. SMA Negeri 8 Jakarta

SMA Negeri 8 Jakarta berlokasi di Jalan Taman Bukit Duri Tebet, Jakarta Selatan. Sebelum menempati lokasi yang sekarang ini, SMA yang populer juga dengan sebutan SMADEL ini sempat mengalami dua kali pindah lokasi. Saat pertama kali didirikan pada 1 Agustus 1958, sekolah ini berada di kawasan Taman Slamet Rijadi Jakarta. Lima bulan kemudian, Januari 1959 pindah ke Jln. Manggarai Utara IV/6, Jakarta Selatan, satu lokasi dengan SMP Negeri 3 Jakarta waktu itu. Terhitung tanggal 30 Maret 1971, SMA Negeri 8 Jakarta menempati gedung dan lokasi saat ini, Jalan Bukit Duri Tebet, Jakarta Selatan, yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Ali Sadikin.

Tidak sedikit figur-figur terkenal di negeri ini adalah alumni-alumni SMA Negeri 8 Jakarta. Sebutlah saja misalnya, Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada Kabinet Kerja Periode 2014-2019. Sebagai sekolah favorit, atau sering disebut juga sekolah unggulan, fasilitas belajar mengajar di sekolah ini lengkap. Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, dan lain sebagainya, semua ada, termasuk masjid sekolah yang representatif bernama Darul Irfan ada di sekolah ini.

Sama halnya dengan pemandangan-pemandangan di sekolah-sekolah favorit lainnya, setiap musim penerimaan peserta didik baru, SMA Negeri 8 Jakarta selalu diserbu para pendaftar yang ingin menjadi siswa/siswi di sekolah tersebut.

4. SMA Negeri 3 Bandung

SMA Negeri 3 Bandung adalah SMA Unggulan Pertama di Kota Kembang, Bandung, Jawa Barat. Sekolah ini terkenal juga dengan sebutan Sekolah Belitung sehubungan lokasinya yang berada di Jln. Belitung Nomor 8, Bandung, Jawa Barat. SMAN 3 Bandung adalah salah satu SMA tertua di Indonesia, berdiri pada tahun 1953, dan gedung yang dipakai saat ini sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

Bangunan sekolah ini adalah peninggalan pemerintahan Hindia Belanda, yang kala itu dipakai sebagai gedung HBS (Hoogere Burger School). HBS adalah sekolah menengah dengan masa studi 5 tahun, merupakan gabungan antara institusi MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs), setingkat SMP, dan AMS (Algemene Meddelbare School), setingkat SMA. Di masa penjajahan Belanda, HBS hanya diperuntukkan bagi bangsa Belanda dan kalangan ningrat Indonesia.

Seperti halnya sekolah-sekolah favorit lainnya, SMA Negeri 3 Bandung selalu dibanjiri pendaftar setiap tahunnya, sementara kuota sangat terbatas. Lulusan-lulusan SMA Negeri 3 Bandung banyak diterima di Perguruan Tinggi-Perguruan Tinggi terkemuka di negeri ini.

5. SMA Negeri 3 Semarang

Cikal bakal SMA Negeri 3 Semarang sudah ada sejak 68 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Tanggal 1 Nopember 1877 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya sekolah ini, meskipun namanya kala itu masih sebagai HBS (Hoogere Burger School) di Semarang. SMA Negeri 3 Semarang berlokasi di Jln. Pemuda No. 149, Semarang, Jawa Tengah.

Salah satu organisasi siswa yang terkenal di SMA Negeri 3 Semarang adalah FOSGA (Forum Sains Ganesha). FOSGA adalah organisasi peneliti muda di SMAN 3 Semarang yang didirikan sejak tahun 2010. Puluhan medali penghargaan telah diraih oleh peneliti-peneliti muda SMA Negeri 3 Semarang, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Peneliti muda di FOSGA dikelompokkan dalam 3 sub bidang penelitian, yakni Sains Dasar, Sains Terapan, dan Humaniora. Slogan yang dipopulerkan oleh FOSGA adalah "Dari Satria Ganesha Untuk Indonesia".

Siswa-siswi lulusan sekolah menegah pertama yang ingin masuk di sekolah ini harus menyiapkan diri secara matang karena persaingan yang sangat ketat, sebagaimana yang terjadi pada sekolah-sekolah favorit lainnya.

6. SMA Negeri 1 Yogyakarta

SMA Negeri 1 Yogyakarta lebih dikenal oleh masyarakat kota pelajar ini sebagai SMA Teladan. Sekolah yang beralamat di Jln. H.O.S. Cokroaminoto 10 Yogyakarta ini, sejarah cikal bakal keberadaanya telah melewati rentang tiga zaman, mulai dari masa penjajahan, periode revolusi fisik, hingga era kemerdekaan ini. Sama kondisinya dengan sekolah-sekolah yang eksistensinya terkait dengan zaman penjajahan, SMA Negeri 1 Yogyakarta pada awalnya adalah Algemene Middelbare School (AMS).

Prestasi-prestasi cemerlang di bidang akademik maupun non akademik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari SMA Teladan Yogyakarta ini. Belakangan, reputasi gemilang SMA Negeri 1 Yogyakarta disusul pula oleh SMA Negeri 3 Yogyakarta, sehingga boleh dikatakan, memilih sekolah teladan di Kota Yogyakarta adalah memilih dua sekolah tersebut sekaligus. Dari segi usia berdirinya, SMA Negeri 3 Yogyakarta, yang populer juga dengan sebutan PADMANABA, 15 tahun lebih awal di banding SMA Negeri 1 Yogyakarta. SMA Negeri 3 Yogyakarta berdiri pada tanggal 19 September 1942, sementara SMA Negeri 1 Yogyakarta didirikan pada 16 Desember 1957. Secara historis, memang kedua sekolah ini sama-sama pernah berstatus sebagai Algemene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta: SMA Negeri 1 Yogyakarta kala itu sebagai AMS Afdeling A, sementara SMA Negeri 3 Yogyakarta sebagai AMS Afdeling B.

Satu hal yang perlu dicatat terkait SMA Negeri 1 Yogyakarta adalah, pada tahun 2005 sekolah ini memperoleh sertifikasi dari Universitas Cambridge untuk menjadi Cambridge Center, dan sekaligus merupakan sekolah negeri pertama di Indonesia yang menjadi Cambridge Center. Menyusul pengakuan tersebut, tidak sedikit kemudian sekolah-sekolah dari seluruh Indonesia yang mengikuti Cambridge International Examination yang diselenggarakan di SMA Negeri 1 Yogyakarta.

7. SMA Negeri 5 Surabaya

SMA Negeri 5 Surabaya berada di pusat kota pahlawan itu. Sekolah ini didirikan pada 1 Agustus 1957. Warga Surabaya dan sekitarnya tidak ada yang tidak mengenal sekolah favorit yang satu ini. Mungkin hanya bayi baru lahir saja yang tidak mengenal SMA Negeri 5 Surabaya. Sekolah yang beralamat di Jalan Kusumabangsa No. 21 Surabaya ini populer juga dengan sebutan SMALA.

Di luar prestasi-prestasi akademik yang sering diraih oleh peserta didik SMALA, ada salah satu kegiatan sosial kemasyarakatan yang sering diselenggarakan setiap tahun oleh sekolah ini yaitu SENYUMAN (Senangnya Ummat Berkhitan). Melalui SENYUMAN, SMA Negeri 5 Surabaya mengukuhkan citra mereka di hati masyarakat sebagai sekolah yang memiliki sensitivitas sosial, sekaligus sekolah yang menanamkan nilai-nilai kebersihan dan kesehatan dengan akar-akar syar’i yang kuat. Sebagai sekolah umum, peserta didik sekolah ini memang tidak hanya dari kalangan muslim. Keragaman keyakinan keagamaan sebagai potret global di sekolah-sekolah umum, tetap tidak menjadi penghalang kerukunan hidup di sekolah yang telah melahirkan sejumlah public figure ini.

Ingat Basofi Sudirman, mantan Gubernur Jawa Timur? Ingat Sunarto Sumoprawiro, mantan Walikota Surabaya? Ingat Wisnu Wardhana, mantan Ketua DPRD Surabaya? Ingat Kombes Polisi Tri Maryanto, Kapolrestabes Surabaya? Ingat Rudy Hartono, atlet bulutangkis legendaris itu? Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya, termasuk siapa yang tidak mengenal Tri Rismaharini, Walikota Surabaya yang namanya sudah mendunia saat ini? Mereka semua adalah alumni-alumni SMA Negeri 5 Kota Pahlawan, Surabaya.

Serupa dengan sekolah-sekolah favorit lainnya, tradisi ilmiah di SMA Negeri 5 Surabaya terbina dengan baik. Salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini bernama FIRST (Five Intelligence, Researcher, and Scientist Team). Sudah menjadi sebuah keniscayaan, untuk bisa menjadi peserta didik di sekolah favorit yang satu ini harus bisa bersaing ketat dengan banyak peminat lainnya.

8. SMA Negeri Plus Riau

SMA Negeri Plus Riau masih tergolong baru. Berdiri pertama kali pada tahun 1998. Meski masih berusia muda, sekolah ini sudah cukup favorit mengingat prestasi-prestasi membanggakan yang sudah diraih, baik di tingkat nasional maupun internasional. Tahun 2005 misalnya, seorang peserta didik sekolah ini, Fendrico Pratama, meraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Internasional Bidang Biologi di Beijing. Tahun 2006, Muhammad Iqbal Bakti Utama, tercatat sebagai peraih medali perunggu dalam Olimpiade Sains Internasional Bidang Astronomi di Mumbai, India. Dan masih banyak lagi yang lainnya. Bertitik tolak dari visi yang diemban, SMA Negeri Plus Riau memang didesain untuk menjadi SMA bertaraf internasional dengan berlandaskan pada IMTAK dan budaya melayu.

Sebelum resmi menjadi sekolah negeri, sejarah kelahiran SMA Negeri Plus Riau tidak terlepas dari komitmen dan kontribusi tokoh-tokoh masyarakat Riau, baik yang berdomisili di Riau sendiri, maupun yang tersebar diberbagai daerah, termasuk yang berada di Jakarta. Kala itu, komitmen dan kontribusi itu menjadi terpadu dalam Yayasan Bina SDM Riau yang berkedudukan di Jakarta; sebuah Yayasan yang diketuai oleh seorang tokoh nasional dari Riau Letjen (Purnawirawan) Syarwan Hamid, dan sebagai Sekretaris adalah Brigjen (Purnawirawan) Saleh Djasit, SH, tokoh Riau tentu saja. Yayasan inilah yang melahirkan SMA Plus Riau.

SMA Plus Riau adalah Boarding School alias sekolah berasrama. Selain berasrama, sekolah ini berbeasiswa pula. Dalam penerimaan peserta didik baru setiap tahun ajaran, peserta dari luar Propinsi Riau bisa ikut berkompetisi di sekolah yang sudah memiliki e-Library ini, meskipun memang prioritas utama tetap disediakan bagi penduduk asli Riau.

9. SMA Negeri 4 Denpasar

SMA Negeri 4 Denpasar menempati lokasi di Jalan Gunung Rinjani, Denpasar, Bali. Reputasi akademik sekolah ini membuat banyak orang berdecak kagum. Beberapa tahun terakhir, hasil Ujian Nasional SMA Negeri 4 Denpasar konsisten berada di papan atas. Sejumlah perguruan tinggi bonafid di negeri ini menjadi tempat yang tidak begitu sulit ditembus oleh lulusan-lulusan dari sekolah yang berdiri sejak tanggal 29 Juli 1982 ini.

Penerimaan peserta didik baru di SMA Negeri 4 Denpasar pernah menerapkan sistem 2 jalur: TPA (Tes Potensi Akademik) dan Seleksi NEM (Nilai Ebtanas Murni), tetapi sejak tahun 1998 seleksi penerimaan di sekolah ini sepenuhnya hanya melalui satu jalur saja yakni Tes Potensi Akademik, sehingga para peminat yang berasal dari lulusan SMP atau yang sederajad dengan nilai ujian nasional tertinggi sekalipun belum serta merta menjadi jaminan bisa masuk di sekolah ini.

Sebagai sekolah favorit, atau sebagai sekolah unggulan, fasilitas belajar mengajar di SMA Negeri 4 Denpasar setara dengan di sekolah-sekolah favorit lainnya. Berbagai Klub Mata Pelajaran ada di sekolah ini. Untuk Klub Bahasa misalnya, ada 3 yang terkenal: Klub Bahasa Jepang (Nihongo Kurabu), Klub Bahasa Jerman (Deutsch Klub-4), dan Klub Bahasa Inggris (English Club).

Selaku institusi pendidikan di kawasan yang telah lama tersohor sebagai daerah destinasi wisata dunia, SMA Negeri 4 Denpasar membangun kepedulian yang kuat terhadap berbagai upaya mengantisipasi potensi-potensi negatif yang bisa menyertai berbagai kemajuan yang ada. Salah satu bentuk kepedulian itu adalah eksistensi KSPAN (Kelompok Siswa Peduli AIDS dan Narkoba).

10. MAN Insan Cendekia Gorontalo

Secara historis, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia Gorontalo (ICG) tidak bisa dipisahkan dengan MAN Insan Cendekia Serpong (ICS). Dua sekolah ini didirikan dalam satu paket dan diresmikan dalam waktu yang bersamaan pada tanggal 21 September 1996. Seperti disebutkan dalam uraian terdahulu tentang MAN ICS, MAN ICG adalah bagian integral dari sekolah rintisan BPPT, di samping MAN ICS, yang dimotori oleh Menristek Era Orde Baru, Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie yang sekaligus juga sebagai Kepala BPPT saat itu.

MAN Insan Cendekia Gorontalo, dan demikian juga MAN Insan Cendekia Serpong, memiliki hubungan historis pula dengan pondok pesantren. Ini karena gagasan awal pendirian kedua sekolah tersebut terkait dengan program penyetaraan IPTEK STEP (Science and Technology Equity Program) bagi sekolah-sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren.

Para penggagas dan pelopor kedua MAN Insan Cendekia itu (ICS dan ICG) sangat mengharapkan kemajuan dalam bidang keagamaan, khususnya Islam, ditopang dengan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini yang membuat tradisi keagamaan (Islam) di MAN Insan Cendekia Gorontalo dan MAN Insan Cendekia Serpong benar-benar hidup dalam semangat yang sama gegap gempitanya dengan tradisi ilmiah untuk menguasai hukum-hukum kauniyah di ranah ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelebihan ini sekaligus menjadi magnet atau daya tarik terbesar bagi para orang tua (Ayah dan Bunda) yang memahami arti penting pendidikan, untuk menyekolahkan putra putri mereka di MAN Insan Cendekia: MAN ICG, atau lebih-lebih di MAN ICS.

Sambutan positif publik terhadap eksistensi MAN Insan Cendekia, mendorong pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, memperluas rentang penyebaran MAN Insan Cendekia ke sejumlah wilayah di Indonesia. Maka hadirlah kemudian MAN Insan Cendekia Jambi yang dalam tempo singkat bisa ikut menorehkan prestasi-prestasi akademik maupun non akademik yang tidak kalah membanggakan. Dari sini, MAN Insan Cendekia tumbuh subur di banyak tempat. (Selanjutnya baca: Kementerian Agama Bangun 20 MAN Insan Cendekia Baru). Wallahua'lam. (Jangan lupa untuk sering kembali ke Blog ini ya...hehe. Dalam waktu dekat, artikel tentang sekolah-sekolah favorit lainnya, teristimewa yang berbasis pesantren, akan diketengahkan dalam Blog ini juga. Alhamdulillah, masih banyak sekolah favorit di negeri ini)

Title: Sekolah-Sekolah Menegah Atas Favorit di Indonesia
Rating: 10 out of 10 based on 24 ratings. 5 user reviews.
Writed by La Ode Ahmad

Pembaca yang budiman, silahkan dimanfaatkan kolom komentar di bawah ini sebagai sarana berbagi atau saling mengingatkan, terutama jika dalam artikel yang saya tulis terdapat hal-hal yang perlu diklarifikasi lebih lanjut. Terima kasih.